Rabu, 14 November 2018

Mengulik skandal pengaturan skor sepakbola di Indonesia : seberapa sulit?

Mafia, satu kata yang sangat dibenci oleh kalangan fans sepakbola manapun. Selain merugikan suatu tim karena digunakan sebagai alat meraup keuntungan, mafia juga dianggap sebagai perusak suatu klub dan pemain karena adanya tindakan yang merugikan suatu pihak. Lalu kenapa mafia di Indonesia cukup sulit dijebloskan ke dalam penjara? Sebelum itu, kita akan mempelajari dasar dari pengaturan skor itu sendiri.
Pengaturan skor atau match fixing ialah suatu perbuatan yang dilakukan suatu pihak untuk memanipulasi hasil akhir sebagaimana seperti yang diharapkan pihak tersebut. Tujuannya pun cukup banyak. Mulai dari bisnis, perjudian, permintaan suatu pihak, gengsi, atau lain sebagainya. Match fixing sendiri bisa dilakukan melalui 2 cara, yakni pihak intern klub maupun pihak ekstern klub. Pertama kita akan bahas pihak ekstern.
Pihak ekstern ialah pihak luar yang melakukan match fixing melalui official perangkat pertandingan. Sehingga pihak yang dimaksud ialah wasit. Bagaimana cara kerjanya? Mereka akan berusaha seperti apapun (termasuk suap) agar wasit mau mengatur jalannya pertandingan dengan tidak adil sehingga ada satu pihak yang dimenangkan.
Bagaimana dengan pihak intern? Pihak intern ialah pihak yang ada di dalam perangkat pertandingan itu sendiri. Mulai dari pelatih, pemain, hingga pemilik klub akan dipaksa supaya mau mengalah. Hal ini pun dilakukan dengan cara serupa (suap). Lalu kenapa sangat sulit melakukan pelacakan aksi suap ini?
Di indonesia, beberapa pihak yang melakukan match fixing ialah petinggi klub itu sendiri. Lha kok bisa? Setiap petinggi suatu klub memegang saham bukan hanya 1 atau 2 klub saja, bahkan bisa mencapai puluhan. Hal ini dilakukan agar pihak mafia atau orang yang melakukan match fixing itu sendiri tidak terbebani dengan sejumlah tindakan melanggar undang-undang. Petinggi klub akan menentukan klub mana saja yang sekiranya bisa diandalkan dan melobi beberapa klub yang ia pegang agar mengalah demi memuluskan jalan klub tersebut. Sederhananya jika ada sebuah undian dengan 10 kupon, ia akan mengambil kupon lebih dari 1. Tujuannya ialah agar peluang memenangkan undian itu lebih besar. Dari gambaran ini, jika sebuah kompetisi diikuti oleh 10 klub dan orang itu memegang setidaknya 5 klub, maka separuh peserta kompetisi tersebut bisa diatur dan ia hanya perlu mengalahkan tim lain yang tidak ia pegang kendali. Jika dalam kompetisi tersebut diambil 4 posisi teratas dan ada 4 klub yang ia pegang masuk ke dalamnya, maka kita akan mengatakan "itu pengaturan skor, itu mafia", maka jawabannya salah. Jika dalam undian seseorang memiliki separuh peluang untuk memenangkan, kita gambarkan saja 10 kupon undian dengan hadiah 1 mobil dan 1 motor. Jika seseorang memiliki 5 kupon dari 10 kupon yang tersedia, berapa peluang yang bisa diraih orang tersebut untuk mendapatkan hadiah ketimbang orang yang hanya memiliki 1 kupon? lalu jika orang yang memiliki 5 kupon itu ternyata ada 2 kuponnya yang memenangkan 2 hadiah tadi, apakah orang yang hanya memiliki 1 kupon berhak menganggap bahwa undian itu sudah diatur? tentu ini hal yang konyol bukan.
Kembali ke perkara match fixing. Jika tadi ada 4 klub masuk ke babak selanjutnya lantas apa yang terjadi? Tentu saja harga jual klub akan naik sebanding dengan prestasi tersebut. Artinya match fixing itu adalah suatu tindakan bisnis "untung-untungan" dengan peluang untung yang lebih besar dan modal lebih kecil. Sederhananya jika sebuah kompetisi lomba adu cepat burung merpati, seseorang memiliki 6 burung, dan hanya ada 2 orang yang masing-masing memiliki 1 burung, maka orang yang memiliki 6 burung hanya perlu mengalahkan orang yang memiliki 1 burung tadi. Artinya, orang itu akan memainkan laga adu cepat antara burung miliknya sendiri dengan burung miliknya sendiri. Maka jalan cepatnya ialah orang itu hanya perlu menunjuk 1 burung yang dianggap menang karena itu pertandingan 2 burung atas pemilik yang sama. Sang pemilik hanya perlu mengalahkan 2 burung bukan miliknya tadi. Lalu bagaimana jika 2 burung bukan miliknya langsung kalah di babak 8 besar tadi? pastinya trofi juara, peringkat ke 2, peringkat ke 3, dst. akan menjadi milik orang yang memiliki 6 burung tadi baik dengan/tanpa melakoni laga adu cepat di partai selanjutnya.
Lalu apa kaitannya dengan match fixing? pihak match fixing tentu akan bersikap leluasa untuk memilih sang juara di babak 4 besar tadi meski harus bertanding. Sang pemilik tidak akan khawatir karena ia akan mengantongi semua gelar tersebut. Dan hal ini berarti nilai jual keempat klub secara bersamaan naik. Tanpa melakukan suap kepada pihak manapun, ia sudah mendapatkan hasil yang luar biasa.
Jika dalam usaha kita memiliki satu usaha besar, tentu kita tidak mau disaingi begitu saja. Salah satunya ialah mendirikan badan usaha yang hampir serupa untuk menyaingi usahanya. Untuk apa? Ya untuk ia hancurkan usaha baru tersebut dan menimbulkan kesan bahwa usaha terbesarnya tidak dapat ditandingi.